TOMBOAN
Rasa Karsa

Menilik Tomboan

Tomboan — Tempat singgah yang menghadirkan kehangatan tradisi.
Didirikan pada tahun 2020, Tomboan terinspirasi dari wedang herbal khas

Situs Petirtaan Ngawonggo.
          Bukan sekadar warung makan, Tomboan adalah ruang edukasi           tentang budaya dan kehidupan yang bisa langsung dipraktikkan.

Dengan konsep Kotak Asih, setiap pengunjung bebas menikmati sajian  tanpa tarif pasti—mengajarkan arti berbagi, menyayangi, dan menghargai.

Temukan rasa, cerita, dan makna di Tomboan.

Tentang Tomboan

Tomboan, dalam bahasa Jawa berarti “obat”, adalah sebuah sarana edukasi yang bertujuan menjadi obat lelah bagi pengunjung. Lebih dari sekedar tempat wisata, Tomboan adalah ruang pembelajaran tentang kehidupan, dimana tradisi dapat dipelajari dan dipraktekkan secara langsung.

Menerapkan sistem “Kotak Asih”, pengunjung tidak perlu mengkhawatirkan tarif. Tomboan hadir untuk mengajarkan bagaimana saling menyayangi dan mengasihi tanpa memandang angka, kembali menyatu dengan alam dan ciptaan Tuhan lainnya.

Situs Petirtaan Ngawonggo

Menyelami jejak sejarah dan kearifan lokal yang terpelihara selama berabad-abad.

Wedhang & Makanan Khas

Jelajahi kekayaan kuliner tradisional yang menggugah selera, khas Jawa Timur. Setiap gigitan menghadirkan cerita budaya yang tak terlupakan.

Sejarah Petirtaan

Fungsi spiritual dan sosial petirtaan dalam kehidupan masyarakat Jawa kuno.

Relief & Ukiran

Makna simbolis dalam setiap ukiran yang menceritakan kehidupan masa lampau.

Suguhan Tomboan

Tomboan menyediakan hidangan yang bahan-bahannya berasal dari hasil alam. Pengelola Tomboan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, untuk memberikan suguhan yang tradisional dan tetap sehat, tanpa menggunakan bahan tambahan apapun, selayaknya hidangan tradisional. Di tengah kemudahan mendapatkan bahan-bahan pangan, bahkan dalam mempertahankan makanan secara cepat dan instan, Tomboan ada untuk menghadirkan kembali cita rasa nusantara dengan menumbuhkan kesederhanaan.

Rencang Tomboan

Rahmad Yasin

adalah sosok yang hatinya terpaut erat pada tanah kelahirannya. Lahir dan besar di Dusun Nanasan, Desa Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, ia memilih mengabdikan diri untuk mengelola tomboan tanpa sedikit pun mengharapkan imbalan.

Pernah merantau dan bekerja di Bali, namun panggilan jiwa untuk kembali ke desa begitu kuat. Baginya, melestarikan kearifan lokal dan menjaga situs bersejarah bukan sekadar tugas, melainkan wujud cinta yang tulus pada warisan leluhur.

Setiap sudut tomboan yang terawat rapi menjadi kebanggaan sekaligus kebahagiaan terdalam. Ia percaya, kesederhanaan adalah harta yang sesungguhnya, dan nilai itu ia wariskan pada generasi muda serta masyarakat di sekitarnya

© 2025 PKM_RSH_UMM – Situs Partirtaan Nawonggo